Selasa, 03 Juli 2018

WORKSHOP LAYANAN KT-HIV BARU BAGI FASYANKES

Sesi Materi Ilmiah dan Diskusi 
Kebijakan program pengendalian HIV-AIDS dan PIMS mengatur hal-hal paling krusial dan prioritas untuk dilakukan. Diawali dengan pemahaman tentang epidemiologi HIV AIDS dan IMS, diharapkan akan membuka wawasan petugas kesehatan khususnya yang bekerja di layanan HIV AIDS dan IMS, tentang situasi epidemi HIV AIDS dan IMS secara nasional. Kebijakan yang telah ditetapkan, hendaknya dapat menjadi acuan dalam melaksanakan tugas di fasyankes. 

Disamping itu petugas juga harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam program pengendalian HIV AIDS, seperti Fast track (jalur cepat) TOP (temukan, obati, pertahankan). Untuk itu, penting bagi petugas kesehatan untuk memahami secara benar tentang Kebijakan Pengendalian HIV AIDS dan PIMS serta Peraturan Perundang-Undangannya di Indonesia serta perkembangan yang terjadi. 

Untuk mengantisipasi menularnya infeksi HIV-AIDS dan PIMS masyarakat perlu diberi informasi tentang penyakit HIV-AIDS dan PIMS itu sendiri. Karena itu, Dinas Kesehatan Kota Rembang mengadakan workshop tentang HIV-AIDS bagi Fasyankes sebagai lini pertama dalam pengobatan dan sumber informasi HIV-AID dan PIMS. 

Kegiatan Workshop ini diadakan selama 3 hari, 28-30 Juni 2018 di Aula Puskesmas Rembang 2 yang dihadiri oleh RS Swasta dan Klinik Pratama. 
Semoga kegiatan Workshop ini membawa perubahan baru bagi sistem pelayanan di Fasyankes dalam menghadapi kasus-kasus pasien PIMS dan HIV-AIDS. 

Dibawah ini beberapa foto kegiatan selama workshop : 
Sesi Diskusi Lanjut -
TIM KPPBR yang ikut workshop

Jumat, 22 Juni 2018

RAWAT LUKA

KPPBR menerima layanan rawat luka dengan jenis kasus penyakit dibawah ini : 

Bagi anda atau keluarga anda yang menderita luka atau kelainan kulit bisa datang langsung ke Klinik untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik. 

KAMI SIAP MEMBANTU ANDA. 

JADWAL PELAYANAN DI KPPBR


Kamis, 21 Juni 2018

MENJELMAKAN KASIH ALLAH KITA YANG MAHABAIK DAN PENYELENGGARA

Kongregasi Suster-Suster Notre Dame memiliki sejarah dan dan spiritualitas yang diperkaya oleh keterlibatan iman para pria dan wanita yang dituntun oleh Roh Kudus pada masa pencerahan budaya dan keagamaan saat itu. 
Kongregasi didirikan di Coesfeld, Westphalia, Jerman pada tahun 1850. Kongregasi ini ditanam di tanah yang diperkaya oleh spiritualitas Westphalia dan Rhineland, dan oleh pengajaran pendidik besar Bernard Overberg serta pemikiran religius secara umum di keuskupan Munster pada awal abad ke-19. Ajaran Sosial Gereja Katolik dan pelaksanannya mulai terbentuk di Westphalia karena kondisi politik dan sosial. Hiligonde Wolbring, pendiri Suster-Suster Notre Dame Coesfeld, dan Elisabeth Kuhling, ko-pendiri, adalah anak-anak kelahiran Westphalia yang dipengaruhi kuat oleh unsur keagamaan yang berlaku dan pemikiran intelektual di masa mereka. Kepekaan mereka terhadap "tanda-tanda zaman", telah menggerakkan mereka untuk menolong anak-anak dan masyarakat miskin di daerah Westphalia.

Karya baik yang didukung oleh Rahmat Tuhan ini menjadi awal lembaga religius yang baru, Kongregasi Suster-suster Notre Dame Coesfeld. Dengan semangat misionaris dan ingin menyebarluaskan kebaikan Allah Bapa, Kongregasi Suster-suster Notre Dame Coesfeld membuka karya-karya di bidang pendidikan dan katekismus, sosial, dan kesehatan. 

Kebaikan Allah yang menjelma di dunia yang penuh tantangan membawa semangat iman yang mendalam untuk tetap mempertahankan dan menyebarluaskan kemampuan dan talenta yang dianugerahkan Tuhan untuk menolong sesama. Salah satunya dengan membuka karya kesehatan di Rembang. 

SANTA JULIA BILLIART

Marie Rose Julie Billiart dilahirkan dari pasangan Jean Francois Billiart dan Marie Louise Antoinette Billiart tahun 1751 di Cuvilly, Perancis. Keluarganya hidup sederhana namun jatuh miskin selama masa pergolakan tepat sebelum terjadi Revolusi Perancis. Yulia menyadiari dirinya sebagai seorang gadis yang harus mencari pekerjaan untuk menolong mendapatkan uang bagi keluarganya. Cobaan yang menimpa hidup ayahnya menjadi trauma baginya dan kemudian karena pengobatan medis membuatnya lumpuh. Bertahun-tahun ia mengalami kelumpuhan. 

 Kegembiraannya yang besar yakni menjadi seorang katekis yang memberitakan iman kemanapun dan kapanpun ia bisa melakukannya. Oleh karena kesetiaanya akan Iman Katolik maka ia menjadi sasaran selama Revolusi Perancis. Ia melewati tahun-tahun dalam persembunyiannya, sempat melarikan diri dari hukuman penggal kepala. Kedalaman iman dan kebijaksanaan rohaninya membentuk lingkaran sahabat wanita saleh di sekelilingnya. 

Ketika mengalami penyembuhan di Compiegne, Perancis, ia mendapat penglihatan yaitu melihat salib dengan wanita-wanita berpakaian religius di sekeliling salib itu dan mendengar suara yang berkata kepadanya, "Inilah anak-anak-Ku yang akan Kuberikan kepadamu alam suatu lembaga yang akan ditandai dengan salib." 
Yulia mengalami kesembuhan secara menakjubkan dari kelumpuhannya sesduah menjalani novena kepada Hati Kudus Yesus dan menaati perintah dari pembimbing rohaninya Pere Enfantin untuk berjalan. Yulia mendapat kebebasan untuk berkarya melewati batas teritorial. Ia berkata kepada para susternya, "Kalian harus memiliki hati seluas dunia." 

Spiritualitas Yulia berakar pada kasihnya yang besar akan kebaikan Allah. Kata yang sering diucapkannya, "Ah, qu'il est bon, le bon Dieu!" Oh, betapa baiknya Tuhan yang mahabaik". 

------ sumber : Kongregasi Suster-suster Notre Dame ------

AREA HIJAU

Rabu, 20 Juni 2018

LAYANAN BEDAH MINOR DI KPPBR

Bedah minor merupakan tindakan operasi ringan yang biasa dikerjakan dengan anestesi lokal. Bedah minor merupakan pembedahan yang dilakukan secara simple, umumnya tidak ada komplikasi yang membahayakan. 

Tindakan bedah minor biasanya dilakukan oleh dokter bedah atau dokter umum. Dalam kasus sehari-hari memang dokter umum lebih banyak melakukan tindakan ini, mengingat jumlah kasus yang memerlukan tindakan ini cukup banyak. 

Cakupan pelayanan bedah minor yang dapat dilakukan oleh seorang dokter umum cukup beragam mulai dari tindakan jahit luka terbuka, insisi, eksisi tumor, ekstraksi kuku, dan lain sebagainya. Umumnya tindakan ini dilakukan dengan anestesi lokal dengan teknik anestesi yang sesuai dengan kasus yang dihadapi. 

Pelayanan di KPPBR 
Keberadaan pelayanan bedah minor sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama kasus pembedahan ringan. 
KPPBR melayani bedah minor untuk kasus-kasus : 
kista di kulis
ganglion
mata ikan
infeksi kuku
luka robek dan trauma terbuka
khitanan

Salah satu tindakan bedah minor
yang dilakukan di KPPBR